English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, January 6, 2009

Adat Batak 3


Semuanya ini hanya mungkin, bila kita mau merendahkan hati untuk dikoreksi dan diajar oleh Tuhan Yesus, sama seperti seorang anak kecil, yang memiliki kepolosan, keterbukaan dan kejujuran untuk diajar. Bukan untuk sekedar menambah pengetahuan teologia belaka, tetapi benar-benar untuk mentaati-Nya. Karena Roh Kudus hanya akan mengerjakan hal tersebut bila kita dinilai-Nya telah memiliki ketaatan hati, sekalipun kebenaran itu sangat pahit untuk memulainya (Kisah Para Rasul 5:32). Karena itu, doa sang Pemazmur sangat relevan untuk dipanjatkan secara sungguh-sungguh oleh orang-orang Kristen Batak:

“Selidikilah aku, ya Tuhan, dan kenalilah hatiku, ujilah aku dan kenalilah pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” (Mazmur 139:23,24)

Renungan ini mencoba melihat kembali tentang sikap dan pandangan Tuhan terhadap masalah upacara adat, khususnya yang hidup dalam masyarakat Batak, dengan mengambil contoh kasus utamanya dari sub suku bangsa Batak Toba. Penulis hanya akan membatasi pembahasan pada beberapa prinsip-prinsip utama yang mendasari pelaksanaan upacara adat, dan tidak akan menguraikan detail dari pelaksanaan upacara tersebut. Karena melalui renungan ini, tidak mungkin menguraikan dan mengkaji segala aspek dari berbagai macam upacara adat yang ada di tengah-tengah masyarakat Batak.

Penulis sadar, bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini sangat bertentangan dengan pemahaman teologi yang umumnya diyakini oleh masyarakat Batak sekarang. Apa yang dituliskan disini merupakan suatu pemahaman alkitabiah dan Injili, yang Tuhan Yesus bukakan secara bertahap kepada penulis. Penguraian ini akan menyentuh hal-hal yang sangat sensitif di hati orang Batak, yang mungkin akan dapat membangkitkan rasa marah dan benci bagi sebagian orang. Tetapi penulis berketetapan hati di hadapan Tuhan Yesus untuk memberitakannya. Kalau Anda mau mencari kebenaran Tuhan, dipersilahkan untuk membacanya terus. Pertentangan pasti muncul, karena sudut pandang dalam melihat adat itu memang berbeda. Pandangan Kristus tidak pernah sama dengan pandangan manusia yang duniawi. Pandangan Kristus jauh lebih tinggi dari pandangan duniawi. Penafsiran seseorang mengenai adat istiadat muncul dari suatu titik pijakan, sikap hati dan tujuan yang hendak dicapainya. Persoalannya, apakah kita memiliki dasar pijakan yang sama dengan Tuhan Yesus? Kuasa Roh Kudus hanya akan menyertai dan mengurapi orang-orang yang memberitakan Firman sesuai dengan maksud-Nya.

Sebuah buku yang berjudul “Christ and Culture” (Kristus dan Kebudayaan), karya seorang teolog terkenal, yang bernama DR.Richard Niehbur menjelaskan alasan yang menyebabkan orang-orang Yahudi dan para pemimpin bangsa tersebut menyalibkan Tuhan Yesus. Niehbur berpendapat bahwa orang-orang Yahudi membunuh Tuhan Yesus karena segala pengajaran dan tindakanTuhan sangat mereka banggakan. Akhirnya, mereka harus memilih, antara membinasakan Tuhan Yesus atau membiarkan agama dan adat istiadat Yahudi hancur. Demi mempertahankan keutuhan adat dan agama tersebut, mereka memilih untuk membinasakan Tuhan Yesus, orang yang dianggap sebagai sumber kerusakan itu. Peristiwa tersebut menjadi pelajaran, sekaligus tantangan bagi kita sebagai pengikut Kristus didalam menghadapi kontroversi masalah adat. Yesus Kristus hadir di tengah-tengah kemerosotan rohani bangsa Israel yang menjalar di seluruh bidang kehidupan. Dia segera mengenali ketidakberesan bangsa tersebut dalam cara pandang dan sikap terhadap Firman-Nya. Lalu, dari mulut-Nya yang kudus keluar penilaian dan koreksi-Nya terhadap agama dan adat istiadat bangsa tersebut.

Demikian juga bagi bangsa Batak, di tengah-tengah kemerosotan rohani yang terjadi masa kini, sangat diperlukan kembali adanya suatu reinterprestasi dan pembaharuan sikap akan eksistensi upacara adat Batak yang berasal dari masa kegelapan itu. Dengan kata lain, gereja Tuhan di tanah Batak sangat memerlukan “reformasi iman” dalam kehidupan rohaninya. Karena itu, kita ditantang Tuhan untuk mengambil sikap, antara menyuarakan Injil atau mempertahankan berbagai upacara adat tersebut. Karena itu, penulis akan memaparkan beberapa prinsip utama yang mendasari upacara adat yang sangat bertentangan dengan Injil. Melalui beberapa prinsip itu kita akan melihat strategi iblis untuk mengikat dan mengendalikan hidup masyarakat Batak. Strategi itu juga merupakan benteng rohani yang dibangun oleh iblis agar masyarakat Batak dapat diperhambanya dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian umat Tuhan akan kehilangan kekuatan rohaninya dan hidup dalam kekalahan rohani terhadap kuasa iblis dan roh-roh jahat.

Selain itu, semangat dan kuasa untuk memberitakan Injil dapat dipadamkan dari tengah-tengah Jemaat Batak, seperti yang terjadi saat ini. Dalam perbincangan sehari-hari, penulis sering mendengar keluhan dari orang-orang Batak tentang masalah adat. Banyak yang mengungkapkan keinginannya untuk terlepas dari upacara adat karena melihat tidak ada keuntungannya, bahkan menyalahi Firman Tuhan. Sayangnya, sangat sedikit dari mereka yang memiliki keberanian untuk melakukannya. Umumnya, mereka mengambil jalan aman dengan tetap melibatkan diri, daripada terlibat konflik dengan sesama kerabat atau jemaat gerejanya. Orang Batak telah kehilangan “darah” dalam menegakkan dan menyuarakan ajaran Injil.

Pada awal milenium ketiga ini, dimana saat kedatangan Tuhan Yesus semakin dekat, dibutuhkan adanya suatu kebangunan rohani di tengah-tengah bangsa Batak. Kebangunan rohani akan dimulai, jikalau ada orang-orang Batak yang memiliki cara pandang dan sikap yang lebih tajam dan Injili didalam menilai eksistensi upacara adat, serta memiliki keberanian untuk menyuarakannya pada zaman ini. Karena hanya orang-orang yang seperti ini yang akan diperlayakkan TUHAN untuk memasuki arena peperangan rohani melawan ku asa-kuasa kegelapan, yang telah membelenggu, membutakan serta melumpuhkan kehidupan umat Tuhan di tanah Batak. Kemenangan pasti menjadi milik kita. Kepada orang yang benar-benar mencintai Tuhan Yesus dengan segenap hatinya, perlu dibukakan berbagai bentuk benteng rohani yang telah dibangun oleh iblis dalam upaya menguasai, membelenggu, dan memperbudak bangsa Batak dari satu generasi ke generasi lainnya. Pengertian ini akan menolong mereka untuk dapat terlepas dari segala jerat iblis di dalam adat Batak, dan beribadah kepada Tuhan Yesus dalam kebenaran dan kekudusan seumur hidupnya. Penghancuran benteng-benteng iblis yang ada dalam diri orang Batak akan menghasilkan saksi-saksi Kristus yang diurapi dengan keberanian dan kuasa Roh Kudus. Sehingga pada awal abad ke-21 ini akan bangkit orang-orang Kristen Batak yang dipakai oleh Tuhan dalam menyelesaikan Amanat Agung-Nya, dengan melepas mereka dari genggaman kuasa iblis. Dengan demikian kita dapat mempersiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya, dalam rangka menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, yang waktunya sudah semakin sangat dekat.

Renungan ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang mau mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hatinya, yang mau dipakai-Nya dalam peperangan rohani. Yaitu, kepada mereka yang memiliki keprihatinan rohani (sense of spiritual crisis ) terhadap nasib bangsa Batak; kepada orang-orang yang mau mencari Kerajaan Sorga dan mau mengikut Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh. Karena hanya merekalah yang mau memikul salib Kristus sebagai konsekuensi atau harga dari ketaatan pada Injil untuk meninggalkan upacara adat Batak. (Diringkas dari penulis anonim: Judul asli: Pandangan INJIL terhadap UPACARA ADAT BATAK…di download dari http://www.scribd.com/ )

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails