English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, February 14, 2010

Sebuah Paradox tentang iman..


Kamu bilang:"..itu mustahil!"
Tuhan bilang:"Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27)

Kamu bilang: "Aku sangat lelah oleh ber-beban berat"
Tuhan bilang: "AKU akan memberikan kelegaan dan menanggung bebanmu!." (Matius 11:28-30)

Kamu bilang: "Tak seorangpun mengasihiku (hiks..)"
Tuhan bilang : "AKU Mengasihimu! (Yohanes 3:16 ; Yohanes 13:34)

Kamu bilang: "Aku tak dapat meneruskan ini.."
Tuhan bilang : "Jangan memaksakan diri, AKU hanya menilai sesuai ukuranmu.. (II Kor 12:9 ; Maz 91:15)

Kamu bilang: "Saya tak dapat mencari jalan keluar"
Tuhan bilang :"Aku akan menuntunmu (Ams 3:5-6)

Kamu bilang: "Aku tak sanggup melakukan itu.."
Tuhan bilang : "Kau mampu melakukan segalanya.. (Phil 4:13)

Kamu bilang: "Aku tak memiliki kemampuan"
Tuhan bilang : "AKU akan melimpahkan kasih karunia padamu.. (II Kor 9:8)

Kamu bilang: "Itu akan sia-sia"
Tuhan bilang : "...Itu akan berguna bagiKU (Roma 8:28)

Kamu bilang: "Aku tak dapat mengampuni diriku sendirif"
Tuhan bilang: "AKU mengampunimu (I Johanes 1:9 & Roma 8:1)

Kamu bilang: "Aku tak bisa mengusahakan kebutuhan"
Tuhan bilang : AKU akan memenuhi segala keperluanmu... (Fil 4:19)

Kamu bilang: "Aku takut"
Tuhan bilang : AKU tak pernah memberimu roh ketakutan (II Tim 1:7)

Kamu bilang: "Aku selalu kawatir dan Frustasi"
Tuhan bilang : "Serahkan kekawatiranmu padaKU (I Petrus 5:7)

Kamu bilang: "Aku tak memiliki iman yg cukup"
Tuhan bilang: "AKU mengukur iman sesuai dng kemampuanmu(Roma 12:3)

Kamu bilang: "Aku tak cukup pintar"
Tuhan bilang: "AKU memberkatimu dengan Hikmat.." (I Kor 1:30)

Kamu bilang: "Aku merasa kesepian"
Tuhan bilang: "AKU tak pernah meninggalkan dan menelantarkanmu" (Ibrani 13:5)

Wednesday, January 6, 2010

Adat Batak


…Tulisan ini akan menyentuh hal-hal yang sangat sensitif di hati orang Batak, yang mungkin akan dapat membangkitkan rasa marah dan benci bagi sebagian orang. Tetapi penulis berketetapan hati di hadapan Tuhan Yesus untuk memberitakannya.

Kehidupan masyarakat dibelahan Timur dipenuhi dengan berbagai jenis upacara adat, mulai dari masa dalam kandungan, kelahiran, penyapihan, perkawinan, penyakit, malapetaka, kematian dan lain-lain. Upacara-upacara di sepanjang lingkaran hidup manusia itu di dalam antropologi dikenal dengan istilah rites de passages atau life cycle rites. Peralihan dari setiap tingkat hidup ditandai dengan pelaksanaan suatu upacara adat khusus yang didasarkan pada pemikiran bahwa masa peralihan tingkat kehidupan itu mengandung bahaya gaib. Upacara adat dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang terhindar dari bahaya atau celaka yang akan menimpanya. Sebaliknya, mereka memperoleh berkat dan keselamatan. Inilah salah satu prinsip universal yang terdapat di balik pelaksanaan setiap upacara adat itu. Beberapa life cycle rites yang dijumpai pada masyarakat Batak Toba di antaranya: mangganje (kehamilan), mangharoan (kelahiran), martutu aek dan mampe goar (permandian dan pemberian nama), marhajabuan (menikah), mangompoi jabu (memasuki rumah), manulangi (menyulangi/menyuapi), hamatean (kematian), mangongkal holi (menggali tulang belulang), dll. Pada masyarakat Batak lainnya (Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, dan Pakpak (Dairi), upacara tersebut memiliki sebutan-sebutan yang berbeda.
Persoalan besar dan sangat penting yang dihadapi oleh seseorang yang memutuskan untuk sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus adalah: apakah dia masih boleh terlibat dalam upacara adat Batak yang berasal dari masa ketika leluhurnya hidup dalam kegelapan rohani (haholomon) dan penyembahan berhala (hasipelebeguon). Permasalahan tersebut muncul ketika Injil Tuhan Yesus diberitakan pertama kalinya oleh para Missionaris di Tanah Batak, dan terus berlanjut hingga masa kini. Persoalan ini belum tuntas diselesaikan, baik sewaktu Pdt. I.L. Nommensen masih hidup, pada masa gereja dipimpin para Missionaris penerusnya, maupun pada masa pimpinan gereja berada di tangan orang Batak sendiri. Nommensen mencoba membagi upacara adat atas tiga kategori, yaitu: Adat yang netral , Adat yang bertentangan dengan Injil , Adat yang sesuai dengan Injil. Sebelum masalah itu tuntas, beliau mengambil kebijaksanaan untuk melarang keras dilaksanakannya upacara adat Batak oleh orang Kristen Batak, termasuk penggunaan musik dan tarian (gondang dan tortor) Batak.

Saturday, September 12, 2009

Adat Batak 2

Pendudukan Jepang memaksa para Missionaris meninggalkan Indonesia tanpa berhasil menuntaskan masalah upacara adat. Kepergian mereka meninggalkan kekosongan teologia (theologia in loco) dan kebingungan rohani di tengah-tengah Jemaat Batak. Keterikatan dengan pola hidup lamanya telah mendorong Jemaat untuk mendesak pimpinan gereja mengizinkan kembali pelaksanaan berbagai upacara adat. Desakan ini didukung oleh argumentasi teologis yang dikemukakan para pemimpin rohani yang belum mengalami pembaharuan total dalam pola pemikirannya. Argumentasi teologis tersebut merupakan suatu pemahaman Injil yang mengkompromikan kebenaran ajaran Injil dengan ajaran agama Batak, teologia yang bersifat sinkretis (pengajaran atau cara hidup yang berasal dari campuran dua atau lebih ajaran), yang dapat diterima oleh pemikiran jemaat kebanyakan. Dalam teologi ini diakui bahwa Yesuslah satusatunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup, tetapi dalam hidup sehari-hari perlu dipertahankan upacara adat (agama) Batak, yang diketahui dengan jelas berasal dari Hasipelebeguon. Teologi Sinkretis inilah yang diajarkan kepada Jemaat Kristen Batak sampai hari ini. Teologi Sinkretis ini telah menjadi arus utama didalam pemahaman iman Jemaat Kristen Batak pada masa sekarang.
Akibatnya, pada generasi berikutnya merebak kembali pelaksanaan berbagai upacara adat yang sebelumnya telah dilarang oleh para Missionaris untuk dilakukan. Sebagai contoh, upacara kematian (hamatean), upacara memindahkan tulang belulang (mangongkal holi), pelaksanaan tortor dan gondang Batak di gereja dan berbagai upacara lainnya. Bukan itu saja, upacara penyembahan nenek moyang yang merupakan inti agama Batak pada masa kegelapan, kembali merebak dilakukan oleh masyarakat Batak Kristen sekarang. Kebangkitan penyembahan ini mengambil bentuk baru yang ditandai dengan menjamurnya pembangunan tugu-tugu marga Batak. Anda dapat melihat banyaknya tugu yang dibangun di sepanjang jalan lintas antara kota Parapat dengan kota Tarutung. Tugu tersebut dibangun oleh keturunan marga yang berasal dari satu garis leluhur (ompu parsadaan). Pembangunan ini telah menghabiskan dana sangat besar, bahkan mendatangkan kemerosotan rohani yang dalam. Kalau dahulu Nommensen mau dikorbankan oleh orang Batak kepada roh sembahan leluhur marganya diatas bukit Siatas Barita, maka sekarang yang terjadi sebaliknya. Banyak pendeta dan penatua pemimpin kebaktian pada acara pemujaan roh nenek moyang di tugutugu marga.
Ironisnya lagi, pelaksanaan upacara dari masa kegelapan itu dibungkus dengan kebaktian gerejawi, yang dilaksanakan di lokasi pendirian tugu marga dimana tulang belulang leluhur tersebut dikuburkan kembali. Proses pembangunan tugu juga banyak melibatkan kuasa-kuasa setan melalui datu (spirit medium), misalnya untuk menentukan lokasi penggalian tulang belulang leluhur marga. Tanpa disadari umat Tuhan di tanah Batak telah berubah menjadi umat yang mendua hati (shizoprenis: terpecah), yang pada satu sisi mencoba untuk mengikuti ajaran Yesus Kristus, pada sisi yang lain giat melakukan ajaran agama nenek moyangnya. Dalam hidup keseharian terjadi pencampuran kedua ajaran agama (sinkretis), yaitu agama leluhur dan Injil Yesus Kristus. Akibatnya kekristenan orang Batak menjadi kompromis, permisif dan kebenaran Injil yang mutlak menjadi relatif. Satu kaki berpijak pada Injil (?), dan kaki lainnya berpijak pada Adat (agama Hasipelebeguon). Satu sisi dalam terang, sisi lain dalam kegelapan. Sinkretisme orang Kristen Batak dapat kita lihat di dalam pelaksanaan perkawinan.
Perkawinan orang Kristen Batak dilakukan dengan dua jenis upacara: upacara kegerejaan yang biasanya dilanjutkan dengan upacara agama Batak. Pelaksanaan kedua upacara tersebut merupakan suatu keharusan, sekalipun tidak ada hukum formal maupun Firman Tuhan yang memerintahkannya. Pernikahan secara gerejani, tanpa diikuti dengan pelaksanaan upacara adat Batak, sering menimbulkan konflik besar di dalam keluarga orang yang hendak menikah. Di gedung gereja, orang Batak melakukan upacara kekristenan, sedangkan di luar gedung gereja mereka melakukan upacara agama leluhur. Perbedaannya hanya terletak pada orang yang memimpin upacara. Dulu dipimpin oleh Datu, sekarang digantikan oleh Pendeta. Peranan datu digantikan oleh pendeta, tetapi rangkaian upacara adat (agama leluhur) selanjutnya tetap sama. Berkat (pasu-pasu) dari Tuhan Yesus dianggap belum cukup, dan perlu disempurnakan dengan berkat dari hula-hula dan lainnya.
Kesempurnaan dan kemutlakan karya Yesus Kristus telah disingkirkan demi mempertahankan upacara kegelapan warisan leluhur itu. Sinkretisme ini bukan hanya terjadi di kalangan gereja-gereja tradisional Batak, tetapi juga telah merembes kepada orang-orang Kristen Injili yang mengaku Alkitabiah, menjunjung tinggi keunikan Injil dan lebih giat memberitakannya. Dari mimbar kaum Injili yang ada di Sumatera Utara sering disuarakan dukungan atas pelaksanaan upacara adat Batak. Merekapun banyak yang terlibat di dalam pelaksanaan aktivitas tersebut. Orang Batak telah melupakan prinsip rohani bahwa terang tidak dapat bersatu dengan gelap, dan kebenaran tidak dapat dipersatukan dengan ketidakbenaran.
Dalam bahasa Tuhan Yesus:

“Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan kepada Mammon” (Matius 6:24).

Tuesday, January 6, 2009

Adat Batak 3


Semuanya ini hanya mungkin, bila kita mau merendahkan hati untuk dikoreksi dan diajar oleh Tuhan Yesus, sama seperti seorang anak kecil, yang memiliki kepolosan, keterbukaan dan kejujuran untuk diajar. Bukan untuk sekedar menambah pengetahuan teologia belaka, tetapi benar-benar untuk mentaati-Nya. Karena Roh Kudus hanya akan mengerjakan hal tersebut bila kita dinilai-Nya telah memiliki ketaatan hati, sekalipun kebenaran itu sangat pahit untuk memulainya (Kisah Para Rasul 5:32). Karena itu, doa sang Pemazmur sangat relevan untuk dipanjatkan secara sungguh-sungguh oleh orang-orang Kristen Batak:

“Selidikilah aku, ya Tuhan, dan kenalilah hatiku, ujilah aku dan kenalilah pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.” (Mazmur 139:23,24)

Renungan ini mencoba melihat kembali tentang sikap dan pandangan Tuhan terhadap masalah upacara adat, khususnya yang hidup dalam masyarakat Batak, dengan mengambil contoh kasus utamanya dari sub suku bangsa Batak Toba. Penulis hanya akan membatasi pembahasan pada beberapa prinsip-prinsip utama yang mendasari pelaksanaan upacara adat, dan tidak akan menguraikan detail dari pelaksanaan upacara tersebut. Karena melalui renungan ini, tidak mungkin menguraikan dan mengkaji segala aspek dari berbagai macam upacara adat yang ada di tengah-tengah masyarakat Batak.

Penulis sadar, bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini sangat bertentangan dengan pemahaman teologi yang umumnya diyakini oleh masyarakat Batak sekarang. Apa yang dituliskan disini merupakan suatu pemahaman alkitabiah dan Injili, yang Tuhan Yesus bukakan secara bertahap kepada penulis. Penguraian ini akan menyentuh hal-hal yang sangat sensitif di hati orang Batak, yang mungkin akan dapat membangkitkan rasa marah dan benci bagi sebagian orang. Tetapi penulis berketetapan hati di hadapan Tuhan Yesus untuk memberitakannya. Kalau Anda mau mencari kebenaran Tuhan, dipersilahkan untuk membacanya terus. Pertentangan pasti muncul, karena sudut pandang dalam melihat adat itu memang berbeda. Pandangan Kristus tidak pernah sama dengan pandangan manusia yang duniawi. Pandangan Kristus jauh lebih tinggi dari pandangan duniawi. Penafsiran seseorang mengenai adat istiadat muncul dari suatu titik pijakan, sikap hati dan tujuan yang hendak dicapainya. Persoalannya, apakah kita memiliki dasar pijakan yang sama dengan Tuhan Yesus? Kuasa Roh Kudus hanya akan menyertai dan mengurapi orang-orang yang memberitakan Firman sesuai dengan maksud-Nya.

Tuesday, January 1, 2008

Chatting itu..


Seiring dengan meluasnya penggunaan internet, chatting dan forum online menjadi aktivitas yang tak asing lagi bagi kalangan pengguna internet. Sebagai ajang pertemuan dengan kenalan baru, saling tukar menukar informasi sampai curhat menjadi kegiatan yang biasa dilakukan dalam ber-chatting ria. Sayangnya arena chatting ini juga tempat berkumpulnya para maniak sesat dan pelaku “cyber crime” yang lalu-lalang dengan bebas tanpa terjerat hukum. Para pelaku Pedophilia, orang-orang haus hiburan bahkan maniak seks dengan leluasa “hunting” memburu korban-korban yang pada umumnya anak-anak yang masih polos, remaja bahkan orang dewasa miskin informasi (orde-missi).

Banyak cerita mengejutkan (non-fiksi!) yang terjadi seiring dengan perilaku masyarakat pecandu chatting. Dari yang putus sekolah/kuliah, kehilangan uang akibat tertipu teman chatting, hingga kasus pelecehan sexual kelas berat. Pelaku kejahatan selalu lolos dari jerat hukum karena memang belum ada tatanan hukum yang mengatur hal tersebut dengan jelas. Bila Narkoba serta bermacam –macam kejahatan “kasat mata” lainnya saja sulit untuk ditangani, apalagi dengan pelaku “cyber crime”. Alhasil, Forum chatting online berkembang menjadi surga bagi predator kelas berat , yang dengan leluasa mencari dan menemukan mangsa yang paling lemah, yaitu anak-anak yang masih polos, orang-orang kesepian bahkan seorang peselancar. Seorang pengidap pedophilia kelas kakap mungkin saja sedang berchatting akrab dengan seorang anak kecil melalui internet dan dengan konyolnya didampingi orang tuanya yang “awam” terhadap tehnologi informasi. Ini terjadi karena identitas seseorang yang terdaftar dalam forum chatting jarang sesuai dengan identitas yang sebenarnya!

Keakraban yang tercipta melalui wadah chatting ini juga bahkan dapat membius orang-orang yang telah terproteksi baik secara individual bahkan melalui moderator yang disediakan oleh forum chatting. Seorang remaja putri mungkin saja terperangkap jerat seorang predator walaupun menyamarkan nama serta tidak memberitahukan umur dan lokasi sebenarnya demi keamanan. Bahkan sebuah forum chatting, frienster misalnya, memberikan semacam “Term of Service/condition” sebagai proteksi. Namun demikian banyak feature-feature yang tersedia, dapat digunakan para predator untuk dapat membongkar proteksi tersebut. Ingat bahwa para pelaku kejahatan maya (cyber crime) adalah tergolong “expert” dalam hal-hal “kecil” seperti ini. Contohnya, seorang anak mungkin saja membeberkan segala isi hatinya kepada seorang paedophilia hanya karena sang predator itu menggunakan nama samaran yang dianggapnya keren, misalnya: c0olest7 disertai sebuah avatar lucu. Illustrasi sederhana ini sangat mungkin terjadi pada anak anda. Seorang maniak gila, seorang prengidap Pedophilia atau bahkan seorang kesepian yang sekedar iseng mencantumkan sebuah link, shortcut atau semacam file attachment yang berisikan sebuah gambar (image) atau video adegan mesum/porno dan korban-nya karena sekedar iseng berselancar(dan ini selalu terjadi!) atau terbujuk dengan kepolosan-nya meng-KliK link tadi mentah-mentah. Apalagi bujukan-bujukan tadi diselipkan melalui fasilitas “PM” (Private Massage) yang semakin memancing keingin-tahuan dan rasa ‘penasaran’ korban yang dituju.

Banyak nasihat yang dapat dipakai untuk memproteksi/melindungi diri dari jebakan para predator ini:

Ø Selalu mengikuti perkembangan tehnologi internet baik melalui buku-buku, majalah bahkan internet sendiri, dan tidak takut untuk mempelajari perkembangan tehnologi internet karena, internet serta aplikasi-aplikasi lainnya diprogram untuk mudah dimengerti bahkan oleh orang paling “bodoh” sekalipun.
Ø Jangan pernah menganggap anda “tahu” dengan lawan chatting anda.
Ø Jangan menggunakan kamera chatting anda tanpa mengetahui lebih dulu seluk-beluk tehnologi ini, karena apabila anda “awam”, kamera anda yang sedang “on” tanpa anda sadari telah di “share” oleh para ‘hacker’. Jadi dengan alasan apapun jangan biarkan anak anda menggunakan benda ini, karena ini adalah kebijakan yang sangat, sangat dan sangat bodoh!
Ø Sadarilah bahwa game online dan chatting adalah candu/narkoba yang dapat menjadikan anak anda pecandu. Akibat yang ditimbulkannya bisa sangat fatal, dari yang mengikat pikiran hingga anak anda kehilangan konsentrasi belajar bahkan kehilangan moral.
Ø Arahkan anak anda untuk menjadi pengguna internet sehat/positif dan selalu dimulai dengan pendisiplinan diri anda sendiri.
Ø Jangan memberikan informasi apapun baik tentang diri anda, keluarga bahkan informasi keuangan.
Ø Jangan memberikan photo anak anda sembarangan!
Ø Berusahalah untuk chatting dengan orang-orang yang anda kenal dalam kehidupan yang nyata, dan proteksi diri anda dengan firewall.
Ø Chatting melalui Internet Relay Chat (IRC) murni sangat berbahaya bagi orang awam karena jalur ini adalah “highway” bagi para predator. MirC, PIRC, Exodus, Jabber adalah contoh IRC. Instant Messenger dari Yahoo, AOL berbasis IRC juga namun telah terproteksi melalui firewall sehingga relatif aman, hanya selalu ingat untuk ‘log off’ setiap mengakhiri session.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails